top of page
Y.M. Bhikkhu Gunasiri

Y.M. Bhikkhu Gunasiri

Guru pembimbing meditasi vipassanā dan pendiri Sukhesikarama Mindfulness Forest.

Y.M. Bhikkhu Gunasiri sudah cukup lama mendedikasikan hidupnya untuk menyebar luaskan ajaran Buddha, yaitu Satu Jalan Mulia Berunsur Delapan (SJMBD) sebagai pedoman hidup bagi diri seseorang. Di tahun 2016 beliau terhitung sudah 10 tahun menjadi seorang bhikkhu yang giat membimbing banyak orang tanpa membeda-bedakan untuk bermeditasi mengikis kekotoran batin / kilesa. Terbukti dari kemauan beliau untuk membimbing para tahanan di LAPAS Narkotika Cipinang yang memiliki beragam latar belakang dengan tujuan agar mereka bisa membebaskan diri dari kecanduannya terhadap narkoba dan menuntun diri ke jalan yang benar. Memang berkat bimbingan beliaulah banyak orang yang mendapatkan manfaat yang luar biasa dari perjuangan mengikis kekotoran batin / kilesa. Selain aktif mengajar beliau juga berusaha membangun sebuah center yang sangat cocok untuk bermeditasi. Di situlah terealisasikan forest center meditasi di daerah hutan yang sangat asri dengan nama Sukhesikarama Mindfulness Forest. Tetapi sebelum itupun beliau telah turut mendirikan Yayasan Satipatthana Indonesia, atau yang lebih dikenal sebagai YASATI - ISMC.

Beliau sangatlah terkualifikasi untuk menjadi seorang guru pembimbing vipassanā bhāvanā. Bisa terlihat dari pengalaman meditasi beliau yang cukup lama. Ketertarikan pada ajaran Buddha dimulai sejak beliau berpindah dari Medan ke Jakarta pada tahun 1978. Saat itu beliau masih sebagai umat awam yang memiliki usaha sebuah toko konveksi, tetapi sudah aktif berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan di Vihara Dhammacakka Jaya seperti kegiatan pemuda mahasati dan juga pabbajjā samaṇera. Beliau pertama kalinya mengikuti vipassanā bhāvanā ketika mengikuti pelatihan pabbajjā samaṇera selama 3 bulan yang di adakan oleh Sangha Theravada Indonesia. Di sela waktu itu beliau mendapat kesempatan berlatih meditasi selama 1 bulan di Padepokan Dhammadipa Arama, Batu, Malang di bawah bimbingan Y.M. Bhikkhu Khantidaro.

“Jalannya waktu tidak akan pernah menunggu kita untuk mencapai kesucian, tetapi waktu akan terus berjalan. Hanyalah orang bijak tidak menunda waktu untuk mencapai kesucian dan dengan seiring berjalannya waktu berjuang dengan gigih dan bersungguh-sungguh di tempat sepi menghadapi setiap rintangan batin yang muncul dengan sabar dan tekun. Menempa mentalnya yang labil hingga kokoh dan tercapai cita-cita Nibbāna”

Y.M. Bhikkhu Gunasiri

Beliau kemudian melanjutkan meditasi di bawah bimbingan Y.M Bhikkhu Thitaketuko, sampai berlanjut pada tahun 2000 dimana beliau mengikuti pelatihan intensif selama 3 bulan masa vassa di Brahma Vihara, Banjar, Bali. Karena dorongan hati serta ajakan dari Y.M Bhikkhu Thitaketuko, pada bulan November 2001 beliau akhirnya melanjutkan meditasi secara intensif di Myanmar selama 2 bulan dan dilanjutkan kembali pada bulan November 2002, kemudian pindah ke Paṇḍitārāma Forest Center selama 2 bulan, akhirnya pindah ke Paṇḍitārāma Yangoon Center dan berlatih intensif secara terus menerus sampai bulan November 2007 – yang terhitung selama kurang lebih 5 tahun berturut-turut lamanya. Pada 11 November 2006 beliau mengambil keputusan untuk menjadi Bhikkhu dimana beliau di upasampadā dan diberi nama penahbisan Gunasiri oleh upajaya Sayādawgyi U Paṇḍitābhivaṃsa, penerus dari Mahāsi Sayādaw yang juga bermeditasi intensif selama 5 tahun di bawah bimbingan langsung Mahāsi Sayādaw, sedangkan ācariya-nya adalah Cautan Sayādaw. Disitulah akhirnya beliau kembali ke Indonesia untuk menyebar luaskan apa yang sudah didapatnya kepada semua orang demi kasih sayang kepada semua makhluk karena memang semua makhluk hidup yang masih berputar di saṃsāra ini membutuhkan Dhamma nan mulia ini.

Cara pengajaran beliau sangatlah mudah dimengerti oleh banyak orang, bahkan bagi mereka yang sama sekali belum pernah meditasi. Awalnya beliau juga mengarahkan seorang meditator untuk langsung mengamati kembung kempis perut, namun sebagai seorang guru pembimbing dan praktisi, dari pengalaman-pengalaman meditasinya beliau akhirnya membuat suatu sistem meditasi yang menitik-beratkan pada pengamatan jasmani sebelum mengamati nāma-rūpa / timbul-lenyap di perut. Cara meditasi ini disebut Sistem Tahapan Aktif Jasmani. Memang adalah sangat penting untuk memiliki suatu panduan meditasi yang sistematis karena kilesa sifat kerjanya sangat cepat, halus, dan mulus menguasai kesadaran seseorang. Ketika seorang meditator langsung mengamati kembung kempisnya perut ataupun pernapasan melalui hidung dapat dipastikan dia akan sering terbawa oleh kilesa. Hal ini memang sering terjadi pada banyak meditator sehingga mereka melekat pada konsep seperti melihat sinar, seakan-akan mendapat pengetahuan, hanyut dalam ketenangan dan sering kali hal-hal seperti ini dianggap sebagai kemajuan dalam meditasinya, padahal ini semua adalah vipāka kamma / buah kamma lampau saja yang justru merupakan penghalang (vipallāsa). Istilahnya meditator tersebut hanyalah jalan setempat, melelahkan tetapi tidak akan sampai ke tujuan utama.

Sedangkan pada kesadaran jasmani kasar setiap orang terdapat nāma-rūpa / timbul-lenyap yang merupakan objek netral, inilah yang diperhatikan dalam Sistem Tahapan Aktif Jasmani. Ketika seorang meditator selalu berpihak dengan nāma-rūpa / timbul-lenyap maka dapat dipastikan dia akan selalu sukses mengikis kilesa, perhatian penuh (sati) meningkat, serta mengatasi segala hambatan baik fisik maupun mental selama meditasi. Di situlah ketika suatu kilesa terkikis kualitas mental seseorang atau yang sering disebut paññā akan meningkat sedikit demi sedikit tetapi pasti. Kata-kata yang sering beliau sebutkan tentang pekerjaan di dalam ini adalah "Kerja dan Kejar" hingga mencapai kesucian, terbebas dari lingkaran saṃsāra. Teruslah berjuang dengan penuh kesadaran!

“Bukan ada waktu baru bermeditasi, tetapi luangkanlah banyak waktu untuk bermeditasi”

 

Y.M. Bhikkhu Gunasiri

Loading...

Lihat video ini sekarang:

Video Profil
bottom of page